Credits: AI generated
Di tengah meningkatnya angka PHK yang menghantui dunia kerja Indonesia, sebuah sudut pandang berbeda justru datang dari sektor yang sering kali memancing sentimen negatif, yaitu pinjaman daring (online) alias pinjol. Kali ini, bukan soal bunga mencekik atau penagihan agresif, melainkan potensi menciptakan lapangan kerja.
Melansir Katadata, mantan Menteri Kominfo periode 2014–2019, Rudiantara, menyampaikan bahwa pertumbuhan startup pinjaman daring seperti Amartha justru mampu mengisi celah yang ditinggalkan industri padat karya yang sedang melakukan efisiensi besar-besaran. Dalam konferensi pers The Asia Grassroots Forum 2025, Rudiantara menyoroti bahwa keberadaan fintech lending di daerah yang belum tersentuh layanan perbankan konvensional menciptakan peluang ekonomi baru sekaligus kebutuhan tenaga kerja, mulai dari analis risiko hingga penyuluh lapangan.
Rudiantara yang kini menjabat sebagai Komisaris Utama Amartha menyebut bahwa perusahaan tersebut kini memiliki sekitar 10 ribu karyawan, dan 90% dari 3,3 juta pelaku UMKM yang menjadi mitra mereka adalah perempuan. CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra, menyatakan bahwa sekitar 100 ribu UMKM mitra sudah naik kelas dan mulai membuka lapangan kerja untuk 4-5 orang per unit usaha. Pendampingan yang diberikan tak hanya dalam bentuk modal, tetapi juga edukasi keuangan, akses pasar digital, hingga pameran.
Sementara itu, data Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan ada lebih dari 26 ribu pekerja yang di-PHK hingga Mei 2025, dengan industri pengolahan sebagai penyumbang terbesar. Sandiaga Uno menambahkan bahwa “11 ribu lapangan kerja oleh Amartha ini sangat dibutuhkan, karena kalau melihat satu pabrik tutup itu bisa 2.000 sampai 3.000, sedangkan ini ada 11.000 dari ekonomi akar rumput.”
Kuncinya Ada di Grassroot, Bukan Sekedar Jenis Industri
Dilihat dari perspektif HR, fenomena ini bida dijadikan bukti bahwa strategi rekrutmen dan penciptaan kerja tidak hanya bergantung pada industri besar dan formal. Model bisnis berbasis akar rumput (grasssroot) yang dijalankan Amartha menunjukkan bahwa inklusi finansial bisa memberi efek berganda. Bukan hanya memperkuat ekonomi lokal, tetapi juga menciptakan ekosistem kerja alternatif. Namun, perlu dicermati juga kualitas pekerjaan seperti apa yang diciptakan? Apakah ada kepastian jaminan sosial, pengembangan karier, dan kondisi kerja layak? Jangan sampai kita hanya menukar satu jenis kerentanan dengan jenis kerentanan lainnya.