Credits:AI generated
Transformasi digital bukan lagi wacana, melainkan realita yang kian konkret, termasuk di Indonesia. Langkah besar terbaru datang dari Microsoft yang resmi membangun kluster pusat data perdananya di tanah air. Investasi jumbo ini tidak hanya menjadi milestone bagi perusahaan teknologi global, tapi juga sinyal kuat bahwa ekosistem digital Indonesia kian dilirik dunia.
Melansir Katadata, Microsoft telah meresmikan Indonesia Central Cloud Region, kluster data center pertamanya di Indonesia, pada Selasa (27/5). Peresmian ini merupakan bagian dari investasi sebesar US$ 1,7 miliar atau setara Rp 28 triliun, yang diumumkan CEO Satya Nadella saat kunjungannya ke Indonesia pada April lalu.
Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir, menyatakan bahwa langkah ini merupakan "tonggak penting bagi Indonesia dalam mengembangkan ekosistem digital yang berdaya saing global.” Cloud region ini terdiri dari tiga availability zones, yang dirancang untuk tetap stabil menghadapi gangguan teknis dan bencana, namun tetap memberikan koneksi rendah latensi.
Microsoft juga menggandeng pemerintah melalui program pelatihan Elevate Indonesia, yang sudah menjangkau 840 ribu orang. Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menyebut targetnya satu juta individu akan mendapatkan pelatihan AI. Di sisi lain, ia juga menyoroti tantangan konsumsi energi pusat data global yang diperkirakan melonjak hingga 180 GW di tahun 2030.
Apakah Ada Gap Keterampilan?
Dari perspektif HR dan organisasi, investasi sebesar ini jelas akan membuka peluang besar bagi talent digital lokal. Namun, kita juga perlu menelaah lebih dalam apakah kesiapan SDM kita sudah cukup untuk menyerap kebutuhan kompetensi baru yang sangat spesifik? Fokus ke pelatihan AI memang menjanjikan, tapi apakah akan terjadi penciptaan lapangan kerja langsung atau justru memperlebar gap keterampilan antara sektor digital dan non-digital?
Dari sisi organisasi, perlu dicermati pula apakah masuknya pemain global dengan kekuatan infrastruktur ini akan mendorong perusahaan lokal bertransformasi lebih cepat, atau justru membuat mereka “tertinggal” jika tidak sigap beradaptasi. Di sinilah pentingnya kolaborasi lintas sektor, teknologi dikembangkan, ekosistem kerja juga ikut beradaptasi dengan perubahan kompetensi.