Skip to main content

Peluang Kerja di Pabrik Baru dari Proyek Dragon

Credits: AI generated

Di tengah agenda transisi energi dan tren elektrifikasi global, Indonesia menegaskan posisinya sebagai pemain kunci dalam industri baterai kendaraan listrik (EV). Salah satu inisiatif besar yang tengah berjalan adalah Proyek Dragon—kolaborasi lintas negara dan sektor yang menyasar pembangunan ekosistem baterai dari hulu ke hilir. Namun, ambisi sebesar ini tentu tidak datang tanpa tantangan, terutama dalam konsolidasi kepentingan, investasi, dan kapabilitas lokal.


Mengutip laporan Katadata, Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengungkapkan bahwa pembangunan pabrik peleburan bijih nikel dalam kerangka Proyek Dragon akan dimulai sebelum Agustus 2025. Proyek ini merupakan kerja sama antara PT Indonesia Battery Corporation (IBC) dan anak usaha CATL asal Tiongkok, Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. Pabrik tersebut ditargetkan memproduksi hingga 88.000 ton nikel per tahun dari pasokan bijih sebesar 7,8 juta ton.


Hingga saat ini, proyek Dragon telah merealisasikan fasilitas penambangan, namun fasilitas lain seperti peleburan nikel dan daur ulang baterai masih dalam tahap perencanaan. Nilai investasi untuk keseluruhan proyek diperkirakan mencapai US$6 miliar (sekitar Rp98,58 triliun). Masuknya Daya Anagata Nusantara (Danantara) sebagai entitas baru disebut sebagai langkah strategis untuk menjaga kestabilan investasi, terutama setelah LG Energy Solution menarik diri dari proyek serupa. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut target kepemilikan Indonesia di hulu telah mencapai 51%, dan diharapkan bisa naik hingga 50% di seluruh rantai ekosistem.


Seberapa Siap SDM Kita?


Dari sisi HR, proyek sebesar ini tidak hanya bicara soal infrastruktur dan teknologi, tetapi juga kesiapan sumber daya manusia dan tata kelola yang akuntabel. Apakah Indonesia sudah siap dan cukup akan SDM lokal dengan keahlian di bidang material baterai, kimia industri, dan logistik energi? Seberapa jauh integrasi ini benar-benar membentuk ekosistem yang berkelanjutan, bukan hanya tambang baru dengan label berbeda?


Saat kita membicarakan proyek raksasa seperti Dragon, pertanyaannya bukan sekadar “kapan mulai bangun?” tapi “siapa yang akan menjalankan, dan untuk siapa manfaat akhirnya?Karena ekosistem yang sehat bukan dibangun dari infrastruktur saja, tapi dari kesiapan manusianya, mulai dari teknisi, insinyur, operator, hingga manajer profesional. Transisi energi bukan hanya isu teknologi, tapi soal arah masa depan industri dan tenaga kerja kita.