. Credits:marketeers.com
Isu kecerdasan buatan atau artificial intellegence (AI) kembali bikin geger dunia kerja. Kali ini, giliran sektor perbankan yang jadi sorotan. Sebuah laporan menyebutkan bahwa DBS Group Holdings Ltd., salah satu bank terbesar di Asia, akan memangkas ribuan karyawan karena adopsi AI. Tapi benarkah ceritanya sesederhana itu?
Melansir laporan Katadata, Bank DBS membantah kabar bahwa mereka akan melakukan PHK terhadap 4.000 karyawan kontrak gara-gara penggunaan AI. Mona Monika, Head of Group Strategic Marketing and Communications DBS Indonesia, menyebut bahwa yang terjadi adalah pengurangan alami terhadap kontrak dan alih daya dalam beberapa tahun mendatang, bukan pemutusan secara langsung.
Pernyataan ini muncul setelah laporan Bloomberg mengutip CEO DBS, Piyush Gupta, yang menyebut potensi pengurangan 8.000 hingga 9.000 pekerja kontrak karena otomatisasi berbasis AI. Meski demikian, Gupta menegaskan bahwa karyawan tetap tidak akan terdampak. DBS bahkan sedang mengembangkan program peningkatan keterampilan untuk sekitar 13.000 karyawan, termasuk pelatihan di bidang AI dan data, lebih dari 10.000 di antaranya sudah memulai jalur belajarnya.
Penggunaan Outsourcing Sudah Seharusnya Mulai Dipertimbangkan Kembali
ini jadi pengingat bahwa AI bukan sekadar isu teknologi tapi juga isu strategis SDM. Keputusan DBS untuk tidak langsung mem-PHK staf tetap dan justru fokus pada reskilling adalah langkah progresif yang layak dicontoh. Ini menunjukkan bahwa perusahaan bisa menavigasi otomasi dengan tetap menjaga aspek kemanusiaan dan keberlanjutan tenaga kerja.
Di sisi lain, kita juga melihat bahwa pekerjaan yang sifatnya proyek dan outsourcing menjadi yang paling rentan terdampak. Ini perlu jadi catatan bagi para pekerja kontrak maupun instansi pengguna tenaga outsourcing untuk mulai memikirkan ulang model kerja dan kompetensi masa depan.