Credits: AI generated
Gelombang PHK di industri media bukan lagi cerita lama yang berulang. Kali ini, skalanya semakin nyata dan terasa dampaknya.
Di balik layar yang menyajikan berita setiap hari, para pekerja media kini dihadapkan pada ketidakpastian masa depan.
Dikutip dari Kompas.com, Menteri Komdigi, Meutya Viada Hafid, menyampaikan rencana pertemuannya dengan Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, pada pekan depan. Pertemuan ini diharapkan bisa menjadi langkah awal untuk merespons maraknya pemutusan hubungan kerja di sektor media, terutama akibat disrupsi teknologi yang semakin mengguncang model bisnis lama.
Meutya juga menyebut bahwa pihaknya telah meminta masukan dari berbagai asosiasi media, baik televisi, online, maupun cetak, agar regulator bisa memahami langkah-langkah kebijakan yang lebih tepat sasaran.
Beberapa media yang terdampak PHK, termasuk Sea Today, RRI, dan TVRI, menjadi sinyal bahwa industri ini sedang tidak baik-baik saja.
Disrupsi Teknologi
Kita semua bisa sadar, bahwa disrupsi teknologi bukan hanya mengubah cara kita bekerja, tetapi juga mengancam ekosistem kerja yang belum cukup adaptif.
Di balik setiap PHK, ada manusia yang kehilangan peran dan rasa aman.
Sayangnya, respons instansi/organisasi sering kali hanya berorientasi pada efisiensi, tanpa cukup ruang untuk inovasi yang menyelamatkan SDM yang sudah ada.
Kita tidak bisa menunggu regulasi bekerja sendiri. Perlu ada kolaborasi nyata antara pemerintah, perusahaan, dan pekerja media untuk menemukan jalan tengah.
Ini juga bisa jadi waktu yang tepat untuk semua pelaku bisnis mengevaluasi kembali pondasi organisasinya. Apakah sudah cukup fleksibel menghadapi perubahan dan cukup adil bagi orang-orang di dalamnya?